Pemilu 9 April kemarin menyimpan cerita suka duka dan duka. Berbulan-bulan bersosialisasi di kampung-kampung, mendatangi warga, dan membagi-bagi kartu nama. Puluhan juta sudah dikeluarkan dan kenyataan hasil pemilu berkata lain. Bapakku kalah.
Jadi kalah itu sedihnya minta ampun. Hari-hari pertama rumah terasa sepi, hingar bingar hari-hari sebelum pemilu sontak berubah menjadi suram dan sepi. Sekeliling terasa gelap dan terasa ada beban di hati.
Tapi, itulah kenyataan. Manusia boleh berusaha tapi tetap ada Tuhan yang menentukan. Kemampuan menerima kekalahan dengan hati lapang walaupun susah adalah kenyataan yang mesti di lakukan. Btw, meskipun kalah pacea tetaplah yang terbaik (menurutku).