Seorang Pecinta Tidak Akan Pernah Ambisius

(Seorang sanyas wanita, yang baru kembali dari Barat, berkata bahwa dia tidak siap untuk hidup di Barat. Ia memiliki keinginan luar biasa untuk dicintai, dan merasa putus asa karena ia selama ini belum pernah dicintai. Osho berkata bahwa hal yang ia alami adalah masalah mendasar yang juga dialami oleh semua orang…)

Osho – karena kita hidup di tengah masyarakat yang sama sekali tidak mengenal cinta, maka setiap orang di dalamnya begitu lapar akan cinta. Dan masalahnya adalah bahwa kecuali kau mencintai orang lain maka orang lain tidak akan mencintaimu– dan kamu tidak bisa mencintai karena kamu belum pernah dicintai. Ini adalah semacam lingkaran setan. Untuk bisa mencintai kau mesti dicintai, jika tidak maka kau tidak akan pernah bisa mencintai.

Para ahli telah bereksperimen dengan kera… Jika sang induk memeluk anaknya, maka sang anak, kera tersebut, akan memiliki kemampuan untuk memeluk kera-kera betina pada fase hidup berikutnya. Jika sang induk tidak diperbolehkan memeluk sang anak– sang anak diberi makan dan diasuh namun sang induk tidak diperbolehkan memeluk sang anak–maka anak kera itu tak akan pernah bisa memeluk kera betina lainnya seumur hidupnya. Karena ia belum menguasai bahasa pelukan tersebut; ia tidak bisa mencintai karena ia tidak dicintai, maka ia tidak pernah tahu apa cinta itu.

Para psikoanalis terkejut ketika menemukan bahwa jika sang induk tidak memeluk dan mencium sang anak, maka sang anak kera tersebut tak akan pernah bisa melakukan hubungan seksual dengan kera betina mana pun.. ia juga tidak akan tahu bagaimana caranya bercinta. Ketika sang induk memeluk sang anak, maka semacam energi merasuk kedalam diri sang anak, menciptakan seksualitas di dalam dirinya, yang memungkinkan dia untuk bisa mencintai. Kehangatan tersebut berfungsi pada beberapa chakra tertentu di dalam dirinya. Jika chakra-chakra tersebut tidak pernah mengalami kemajuan maka kau benar-benar tersesat dan tak tahu arah.

Manusia adalah satu-satunya binatang di dunia ini yang tersesat dan tak tahu arah. Kita diajari segalanya kecuali cinta–kita diajari untuk berjalan berlawanan dengan cinta. Kita diajari untuk mati-matian mengejar uang, bagaimana menjadi kaya, kita diajari bagaimana menjadi sukses, bagaimana menjadi ambisius, bagaimana supaya mendapat pengakuan– kita diajari segala hal– dan segala hal tersebut bertentangan dengan cinta.

Seorang yang mencinta tidak akan pernah bisa menjadi ambisius; mustahil bagi seorang pecinta untuk menjadi ambisius. Ambisi adalah bagi orang yang senantiasa lapar, seseorang yang tidak pernah dicintai dan tidak bisa mencintai. Karena rasa lapar tersebutlah, maka ia mulai memproyeksikan rasa lapar dan cintanya pada sesuatu: uang, kekuasaan, prestis. Hal itu menjadi percintaannya– dan ia pun siap mati untuknya!

Ada jutaan manusia yang hidup hanya untuk mengumpulkan uang dan mereka tidak tahu makna hidup yang selain itu; uang telah menjadi kekasih mereka. Kemudian ada orang-orang yang hanya mengejar kedudukan yang lebih tinggi. Mereka adalah para pemanjat tangga: mereka terus memanjat tangga, tidak tahu kemana mereka menuju dan untuk apa semua itu.

Jika tangga tersebut ditarik ke bawah mereka menjadi sangat marah–ketika mereka terus naik pun, mereka juga tidak bahagia; hidup mereka sia-sia baik saat naik maupun turun. Kita diajari untuk berambisi, kita diajari tentang hasrat dan bagaimana memperebutkannya, kita diajari untuk membenci orang lain, untuk meragukan orang lain. Kita diajari untuk senantiasa bersikap jahat kepada orang lain, dan untuk tidak pernah percaya kepada siapa pun. Semua orang berlawanan denganmu dan kau bertarung dengan semua orang agar kau dapat bertahan hidup. Itulah yang disebut survival of the fittest. Maka jadilah lebih egois, lebih ambisius, lebih agresif, dan milikilah lebih banyak energi sehingga kau bisa memenangkan persaingan. Tetapi ketika kau mencinta, segala hal tersebut akan menghilang–dan siapa yang akan peduli?

Cinta saja sudah cukup. Siapa yang butuh uang?Cinta begitu memuaskan. Siapa yang ingin kekuasaan? Ini adalah sebuah hukum kehidupan: jika kau bisa mencintai seseorang dengan begitu dalam maka kau tidak akan membutuhkan penghargaan dari siapapun; penghargaan dari orang yang kau cintai itu sudah cukup. Bahwa satu orang itu telah melihat kedalam matamu dan telah melihat kebenaran dirimu. Bahwa satu orang itu telah melihat jauh kedalam hatimu dan telah sepenuhnya mencintai. Bahwa satu orang itu telah melihat kedalam dirimu dan melihat sesuatu yang sangat berharga di dalam dirimu, sesuatu yang indah di dalam dirimu, dan kau telah melihat kedalam dirinya dan melihat cerminan dari keberadaanmu di sana. Itu sudah cukup– kau telah menemukan kelayakan dirimu. Dan tiba-tiba kau menjadi layak–kau tidaklah sia-sia lagi, kau memiliki kelayakan yang agung.

Dan kelayakan di sini bukanlah tentang kegunaan– bukan karena kau bermanfaat maka orang itu mencintai. Ia ‘sekedar’ mencintai titik! Cinta itu tak bersyarat. Bukan karena kau adalah orang yang bermoral, bahwa kau seorang yang bajik, bahwa kau berpendidikan, bahwa kau adalah anggota keluarga ternama– hal-hal tersebut tidaklah relevan; ia mencintaimu apa adanya! Bukan karena ia melihat bahwa kau akan menjadi terkenal di masa depan, juga bukan karena kau akan menjadi seorang intelek, seorang penulis besar atau seorang artis, tidak! Ia mencintaimu apa adanya; apa adanya kamu sudah cukup baginya. Itulah yang memberimu kelayakan. Itulah yang hilang selama ini.

Tapi ingat bahwa itu bukanlah masalahmu saja–itu adalah masalah semua orang. Jadi tidak perlu membesar-besarkannya. Pahamilah saja dan carilah cara untuk keluar dari permasalahan tersebut. Jika kau tidak memahami masalahnya, maka mencari jalan keluar akan menjadi sulit. Apa yang terjadi jika kau tidak memahami masalahmu? Jika kau tidak paham maka kau akan terus-menerus menangis untuk cinta dan kau akan terus menunggu seseorang untuk datang. Pangeran tampan akan datang dan akan menciumu dan akan berubah menjadi cantik dan semuanya akan baik-baik saja; tapi sebelum semua itu terjadi kau harus menunggu.

Dan sementara itu kau sudah sekarat, energimu menyusut, pertumbuhanmu terhambat, perkembanganmu mandeg. Pangeran tampan itu hanya ada dalam dongeng, ia tidak nyata. Dalam kenyataan kau harus mencarinya; kau harus bergerak ke arahnya, kau harus mengundangnya, kau lah yang harus berinisiatif.

Cinta akan terjadi hanya pada mereka yang mencari dan bukan sebaliknya. Jadi jika kau benar-benar ingin dicintai, hanya menunggu saja tidak akan mewujudkan keinginanmu. Ada begitu banyak orang-orang yang cantik; pada kenyataannya setiap orang begitu cantiuk. Mungkin orang itu tidak sesuai dengan yang kau harapkan– itu soal lain– tapi tidak ada orang jelek, semua orang cantik. Mereka semua berasal dari Tuhan. Bagaimana bisa mereka jelek?

Setiap orang memiliki nilai, dan nilai tersebut begitu agung. Carilah seseorang yang dengannya kau menemukan kesatuan irama, seseorang yang dengannya kau dapat merasakan kesatuan.. dengan dia yang kau merasakan harmoni maha sempurna. Dan jangan pernah menunggu–menunggu itu sia-sia! Masyarakat kita adalah masyarakat yang tanpa cinta, jadi tidak akan ada orang yang datang karena mereka juga sedang menunggu seperti kamu. Ingat itu!

Setiap orang menunggu dan setiap orang takut untuk mengambil langkah pertama, karena masyarakat kita sama sekali tidak mengenal cinta. Jika seseorang datang kepadamu dan melamarmu dia takut jika kau menolaknya, dan penolakan itu begitu menyakitkan. Di dalam penolakan seseorang akan merasa, ‘Lagi-lagi aku terbukti tidak layak. Lebih baik tidak meminta. Setidaknya aku masih bisa berharap– sekarang harapan itu pun lenyap sudah.’

Jika seseorang ditolak berkali-kali, maka jiwanya semakin menyusut tertutup dan mati. Selalu ada rasa takut untuk ditolak, jadi tidak ada orang yang mendekati yang lain, tidak ada yang mengambil inisiatif; setiap orang menunggu orang lain untuk mengambil inisiatif, dan yang lain pun demikian juga. Ambillah inisiatif itu! Saya pikir tidak akan ada masalah dengan itu. Kau hanya harus keluar dari penjara buatanmu sendiri itu.

Tidak ada apa-apa di sana dan tidak ada seorang pun yang menghalangimu. Pada kenyataannya tidak ada penjaga pintunya: pintunya benar-benar terbuka. Kau berada di dalam penjara itu karena kebiasaanmu semata dan kau takut bahwa jika kau mengambil inisiatif, jika kau ditoilak, lantas? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan!

Penolakan itu tidak berkaitan dengan dirimu. Mungkin orang yang bersangkutan itu juga merasa takut; ia menolakmu untuk melindungi dirinya sendiri. Da seribu satu alasan yang mungkin: ia merasa dingin, ia tidak tahu apa itu cinta, ia tidak bisa bergetar dalam energi cinta atau di mana pun ia mencoba, ia selalu gagal. Kini kegagalan telah menjadi sesuatu yang pasti dan ia tidak ingin gagal lagi. Mungkin ia telah mencintai banyak wanita dan mereka semua membuatnta kecewa… seribu satu alasan.

Jadi tidak ada alasan untuk berpikir bahwa ketika seseorang menolakmu maka ia telah menolakmu. Penolakannya berkaitan dengan alasan yang ada di dalam dirinya, itu masalahnya. Kasihilah orang yang menolakmu, jangan merasa tertolak: itulah keseluruhan seni bagaimana bergerak di dalam cinta. Dan tidak masalh ditolak sembilan puluh sembilan kali jika yang keseratus kau akhirnya diterima; itu tidak sia-sia sama sekali.

Tidak ada yang menolakmu karena kau tidak pernah mengambil inisiatif dan tidak ada yang menerimamu– itulah neraka! Baru kemaren aku membaca sebuah puisi, dan aku suka dengan definisi tentang neraka dalam puisi tersebut. Ia berkata, ‘Neraka adalah tempat di mana orang-orang menunggu untuk dicintai dan tidak ada yang menagmbil inisiatif.’ Saya suka sekali puisi itu! Semua orang menunggu.. dan penantian pun menjadi sangat panjang–maka neraka dikatakan sebagai sesuatu yang abadi.

Bertrand Russel telah menulis sebuah buku yang menentang kekristenan–‘Mengapa aku bukan seorang Kristen’– dan salah satu alasannya adalah bahwa Yesus mengatakan bahwa neraka itu abadi, dan Russel berkata itu mustahil dan juga tidak adil..dan logikanya benar.

Russel berkata ‘Jika saya dibawa ke pengadilan atas semua dosa yang aku perbuat seumur hidup saya’– dan umat Kristen percaya bahwa hanya ada satu masa hidup saja–maka hakim yang paling keras sekalipun tidak akan menghukumku lebih dari empat tahun.’ Bahkan jika semua dosa itu termasuk yang aku pikirkan dan belum pernah aku lakukan, itu pun tidak akan lebih dari delapan tahun. Dan untuk dosa kecil dan remeh ini manusia akan dihukum di neraka selamanya? Benar-benar tidak adil!

Dan siapa pun yang punya akal sehat akan bisa memahami hal ini– bahwa Russel benar dan Yesus salah. Tetapi aku katakan padamu bahwa Yesus lah yang benar dan Russel salah, karena penjelasannya adalah sesuatu yang sangat berbeda… Neraka itu tidak abadi tapi ‘terasa’ abadi. Pernahkah kau merasa? dalam penderitaan yang mendalam waktu berjalan sangat lambat, bahkan seolah-olah berhenti.

Ibumu tengah sekarat dan kau duduk di sampingnya. Tengah malam dan kau tahu bahwa ia tengah berhadapan dengan ajal dan kau tahu bahwa ia mungkin akan mati besok pagi. Hanya beberapa jam saja tapi rasanya sangat lama–seperti bertahun-tahun lamanya–dan sepertinya waktu berhenti. Penderitaan membuat waktu terasa panjang.

Kekasihmu datang dan kau duduk di sisinya, diam atau bernanyi atau berbicara, dan waktu pun berlalu begitu cepat. Jam berjalan bagaikan menit, hari berlalu bagaikan bilangan jam, dan kau tidak pernah merasa cukup. Sudah tengah malam dan kau belum selesai berbicara–bahkan kau belum memulai…

Waktu berlalu dengan cepat ketika kau merasa bahagia, waktu berhentu ketika kau menderita; itulah makna dari penjelasannku. Penjelasan Yesus bahwa neraka itu abadi sejalan dengan penjelasan Eisntein bahwa waktu tergantung pada apa yang kau rasakan, ia relatif. Mungkin neraka hanya satu menit saja tapi itu akan terasa seperti selamanya. Dan surga–mungkin ia abadi–tapi terasa sebentar. Jadi keluarlah dari neraka itu…

Dan di sini aku tengah menciptakan manusia-manusia yang beragamakan cinta, keseluruhan pesanku adalah tentang cinta. Bagiku cinta bukanlah dosa. Bagiku cinta tidaklah baik atau buruk—cinta itu baik adanya. Bahkan tingkatan cinta yang paling rendah sekalipun tetaplah baik adanya karena ia merupakan anak tangga yang paling bawah. Jadi janganlah kau kecewa; kumpulkanlah nyalimu, temukan seorang sahabat! Dan ingat untuk tidak selalu berpikir tentang cinta dalam kerangka romantisme,mmmm? Karena kau akan dibuat frustrasi karenanya. Yang seperti itu juga merupakan penderitaan. Masyarakat kita sama sekali tidak kenal cinta dan manusia memiliki pemahaman yang salah akan cinta. Pertama mereka tidak kenal cinta dan jika kadang-kadang mereka mengenal cinta, mereka kecewa karenanya karena mereka memiliki idealism yang sangat tinggi, idealisme yang tidak manusiawi.

Jika kau mencintai seseorang, ia menghembuskan nafas dan nafasnya tidak sedap. Jika kau mencintai seseorang maka kau mungkin akan tidak menyukai seribu satu hal di dalam dirinya.. terkadang hal-hal yang sangat remeh. Kau tidak akan pernah mendapatkan manusia yang sempurna. Sebagaimana kau tidak sempurna, tidak ada seorang pun yang sempurna. Kesulitan pertama adalah bahwa masyarakat tidak kenal cinta, jadi tak ada seorang pun yang tahu bagaimana seharusnya mencinta. Kesulitan kedua adalah bahwa kita telah tumbuh dengan ide-ide romantic tentang cinta yang tidak nyata, tidak otentik, dan tidak aktual.

Jika kau berpegang pada gagasan yang romantis tersebut, bahkan jika pada akhirnya kau mendapatkan kekasih cepat atau lambat kau akan frustrasi. Jadi buang jauh-jauh ide romantic tersebut—ide-ide tersebut justru berperan sebagai penghalang. Gagasan-gagasan romantic tentang cinta justru sangat beracun; meraka adalah bagian dari masyarakat yang sakit. Satu masyarakat yang tidak kenal cinta menciptakan gagasan-gagasan romantik tentang cinta. Ini adalah bagian dari permainan yang sama, ia berasal dari paket yang sama. Pertama-tama buat manusia supaya tidak kenal cinta, dan kemudian beri mereka idealism tentang cinta yang tidak akan dapat mereka penuhi sehingga mereka terus dalam keadaan limbo. Tanpa cinta mereka menderita, dengan cinta mereka tetap menderita—penderitaan adalah hal yang pasti

Insan bijak, tanpa cinta, ia akan tetap menikmati kesendiriannya—dalam cinta, ia akan menikmati sebuah hubungan; ia selalu bahagia sepanjang waktu! Orang dungu saat sendiri ia kesepian, frustrasi—saat bersama orang lain juga tidak bahagia karena orang lain pun tidak sempurna. Jadi jangan jadi bodoh—jadilah bijak! Masalahmu akan selesai dengan menciptakan sedikit kebijakan di dalam dirimu. Jadi mulai besok pagi kamu akan mengambil inisiatif itu kan,mm? Baguslah kalau begitu

Diterjemahkan oleh Rahmad Darmawan dari http://www.oshoteachings.com/osho-a-loving-person-cannot-be-ambitious-it-is-impossible-for-a-loving-person-to-be-ambitious/

Jika Kematian Tidak Bisa Membuatmu Terjaga

Osho – Kau telah kehilangan malam hari; dan kau tidak dapat bangun di malam hari. Tapi itu masih bisa dimaafkan; malam hari dan kau tidur. Tapi kau tidak bisa dimaafkan jika kematian telah datang menjelang– sekaranglah saatnya untuk bangun dan terjaga! Dan jika kematian tidak bisa membangunkanmu, lantas apa lagi yang bisa membangunkanmu?

Tetapi seseorang bisa terjaga di saat kematian hanya ketika dia telah bekerja keras untuk terjaga dalam hidupnya, jika hidupnya merupakan usaha yang terus menerus untuk menemukan pusat di dalam dirinya, sebuah usaha yang yang tak kenal lelah untuk mengetahui “Siapakah Aku?” Hanya jika demikianlah maka ketika kematian datang menjelang…dan kematian adalah sebuah kejutan luar biasa! Ia datang untuk memporak-porandakan segala yang pernah engkau bangun. Ia datang untuk mengambil semua yang kau pegangi erat-erat; ia memisahkanmu dari kepemilikanmu. Kematian meninggalkanmu dalam keadaan telanjang bulat dan sendirian. Jika kematian tidak bisa membuatmu terjaga, maka berarti kau benar-benar tertidur pulas– kamu dalam keadaan koma. Dan seperti itulah keadaan sebagian besar manusia.

Setiap hari jutaan orang mati. Mereka hidup dalam kegelapan. Mereka mati dalam kegelapan. Mereka hidup dalam mimpi, mati pun masih bermimpi. Mereka hidup dengan kebodohan, mati pun dengan kebodohan. Mereka melewatkan semua kesempatan. Ada tiga kesempatan agung dalam kehidupan. Yang pertama adalah saat kelahiran. Hanya sesekali saja manusia yang begitu bijak yang bisa memanfaatkan waktu lahir ini– sangat jarang terjadi. Salah satunya mungkin Lao Tzu– begini kisahnya:

Dikisahkan bahwa Lao Tzu tinggal di dalam rahim ibunya selama delapan puluh dua tahun. Pasti anda bilang tidak masuk akal, tetapi cerita ini memuat sebuah kebenaran di dalamnya. Ini bukan kisah faktual, tetapi terdapat kebenaran di dalamnya. Dan di sinilah letak perbedaan cara berfikir Barat dari cara berfikir di Timur. Jika anda menceritakan kisah ini pada orang yang berpola pikir Barat, maka ia akan mengatakan, ” Tidak mungkin. Bagaimana bisa seseorang tinggal selama delapan puluh dua tahun di dalam rahim ibunya? Lantas apa yang terjadi pada sang ibu? Delapan puluh dua tahun? Tidak bisa dipercaya; cerita itu pasti bukan cerita historis.”

Cara berpikir Barat akan segera menanyakan segala yang terkait dengan fakta dari sebuah fenomena– tetapi kisah ini adalah sebuah perumpaan! Ia tidak ada kaitannya dengan fakta; manun ia sudah pasti terkait dengan kebenaran. Kebenaran hanya bisa diekspresin melalui metafora, melalui puisi, dan bukan sejarah. Kisah ini adalah puisi, murni puisi, dan puisi yang memiliki kedalaman yang luar biasa.

Artinya bahwa ketika Lao Tzu lahir, ia sudah begitu dewasa, begitu matang, sehingga ia bisa menggunakan kesempatan pertama tersebut untuk terjaga. Normalnya butuh waktu delapan puluh dua tahun bagi seseorang untuk terjaga, dan bahkan dari standar yang normal tersebut, berapa orang yang terjaga? Manusia bisa terjaga saat kematian, tetapi berapa banyak? — Hal itu pun juga merupakan kejadian yang sangat langka.

Lao Tzu pastilah manusia dengan intelejensia yang luar biasa, yang pasti ia telah membawa kebijaksanaan serta intelejensia tersebut dari banyak masa kehidupan sebelumnya– mungkin hanya sedikit saja yang terlewatkan dari masa kehidupannya yang lalu. Dan ia pun menggunakan kesempatan tersebut. Dan kesempatan pertama adalah saat ia dilahirkan. Dan saat kelahiran sama pentingnya dengan saat kematian. Saat kelahiran juga bisa berarti saat kematian, karena sang anak menjalani sebuah kehidupan di dalam rahim ibunya, sebuah jenis kehidupan, dan sang anak keluar dari kehidupan itu ketika ia dilahirkan. Lao Tzu ingin tetap berada di dalam rumah lamanya yang mana ia telah tinggal di dalamnya selama sembilan bulan, dan begitu damainya, begitu heningnya, tanpa sedikitpun rasa khawatir, tanpa tanggung-jawab, dalam kehangatan yang begitu nyaman.

Dia tetap berada di dalam rahim ibunya dan tidak mau keluar. Ia merasakan kelahiran sebagai kematian, dan hal ini alami– karena apa yang ia tahu tentang hal-hal yang akan terjadi setelah ia lahir? Satu hal yang pasti: rumahnya tengah dihancurkan; ia tengah dipaksa keluar dari semua rasa aman dan nyaman yang tengah ia rasakan. Ia tahu bahwa ia tengah mengalami kematian! Maka ia trauma dengan kelahiran– karena baginya kelahiran adalah kematian. Ia pun mati dan terlahir kembali.

Lao Tzu menggunakan kesempatan pertama tersebut. Dan hal yang sama juga terjadi pada Zarathustra, sebuah kisah indah yang lain. Di kisahkan bahwa Zarathustra adalah satu-satunya anak dalam sejarah manusia yang tertawa ketika dilahirkan. Anak-anak menangis, mereka tidak tertawa– dan Zarathustra tertawa– pastinya ia membuat terkejut ibunya… dan tawanya benar-benar tawa terbahak-bahak. Pasti dia telah menggunakan kesempatan pertama tersebut untuk terjaga.

Dua jiwa ini telah menggunakan kesempatan pertama tersebut. Guncangan pertama dalam hidup mereka, dan mereka pun terjaga. Kesempatan kedua dalam hidup untuk terjaga adalah cinta. Sedikit orang yang terjaga melalui pengalaman cinta. Dan kesempatan kedua ini bisa diraih oleh lebih banyak orang ketimbang kesempatan pertama dan ketiga– karena saat kelahiran menjadi saat di mana manusia manjadi sama sekali tidak sadar dan demikian pula saat kematian, tetapi cinta dapat membawa secercah kesadaran ke dalam hatimu.

Maka dari itu aku terus mendengung-dengungkan cinta– dan demikian pula yang dilakukan Kabir, karena inilah kesempatan yang bisa digunakan oleh banyak orang untuk terjaga. Jika kau mencinta, kau mesti melepaskan egomu– dan itu berarti kematian, kematian bagi egomu. Jika kau mencinta kau akan harus belajar caranya untuk meleleh, untuk hanyut, untuk lenyap… Jika kau mencinta kau harus tahu bahwa ada yang jauh lebih berharga daripada logika, dan perhitungan… ada yang jauh lebih berharga ketimbang uang, kepemilikan, dan kekuasaan. Jika kau mencinta, kau akan dapt melihat kilas keilahian. Dan jika kau menyelami cinta lebih dalam, maka kau akan mulai memasuki kuil Tuhan– itulah sesempatan yang kedua. Dan masyarakat telah menghancurkan kesempatan kedua tersebut.

Kesempatan pertama memang sangat jarang, tetapi kesempatan kedua ini seharusnya bisa digunakan oleh semua orang– yang sayangnya kesempatan ini pun dihancurkan oleh masyarakat. Cintamu telah terkontaminasi. Kau telah tumbuh dalam rasa takut, dan bukan dalam rasa cinta. Kau tumbuh untuk bertarung, dan bukan untuk mencinta. Kau telah tumbuh begitu rupa sehingga seolah-olah seluruh keberadaan adalah musuhmu, dan bukan sahabatmu– bagaimana kau bisa mencinta? Hidup telah dibuat oleh masyarakat menjadi sesuatu yang mustahil untuk dijalani.

Satu-satunya kesempatan manusia untuk berpaling pada keagamaan, satu-satunya kesempatan bagi revolusi dalam hidup manusia telah dihancurkan oleh masyarakat, oleh lingkungan. Masyarakat manusia begitu takutnya kepada cinta sehingga tidak takut pada apa pun seperti takut kepada cinta. Cinta adalah hal yang paling potensial sekaligus paling berbahaya bagi apa yang kau sebut sebagai masyarakat, karena cinta akan membuatmu terjaga, cinta akan menyetir hatimu. Dan manusia akan mulai hidup di dalam hatinya, dan mereka tidak akan mendengarkan pikiran mereka. Dan ketika mereka tidak mendengarkan pikiran mereka maka masyarakat akan kehilangan pijakannya; mustahil untuk menguasai orang-orang yang hidup di dalam hatinya. Karena hanya pikiran saja yang bisa dikuasai, hanya pikiran saja yang bisa direduksi menjadi budak. Hati selalu menjadi raja, menjadi tuan.

Dan kesempatan ketiga adalah saat kematian– kesempatan terakhir. Jika kau telah melewatkan saat kelahiran, jika kau telah melewatkan cinta, maka jangan lewatkan saat kematian. Paling tidak saat yang terakhir ini tidak terlewatkan.

Translated by Rahmad Darmawan from http://www.oshoteachings.com/osho-if-even-death-cannot-wake-you-up-then-what-is-going-to-wake-you-up/