in Jurnal harian

Kota Bandung, Yang Sejuk dan Keras

Hari ke lima di Bandung. Overall bisa saya katakan kota ini sangat konsumtif, ramai dan memiliki egosentris yang kuat. Wajar saja, sebagai kota yang memiliki banyak sarana dan hiburan yang lengkap, Bandung menjadi kota kunjungan banyak pencari kerja dan pencari hiburan

Amin, salah satunya. Mas Amin adalah seorang penjual soto Lamongan di jalan Doktor Rajiman, tidak jauh dari tempat saya menginap. Amin mengaku sudah berkeliling Indonesia untuk berjualan soto. Awalnya dia ikut dengan tetangga sampai setelah menikah akhirnya dia punya gerobak soto sendiri. Menurut Amin, diantara banyak kota yang dia kunjungi, Bandung lah yang terbaik, buktinya sudah 2 tahun dia berjualan disini dari 7 tahun karirnya berdagang soto.

Dua hari yang lalu, sewaktu berjalan kaki dari PVJ (Paris Van Java) menuju penginapan, di kawasan trafik light jalan Pasteur, pas di depan saya, dua orang pengendara motor hampir berantem. Sudah marah-marahan, sudah nendang-nendang motor, dikit lagi ada perkelahian, pas di depan saya, untung tidak jadi. Kejadian ini adalah keributan pertama yang saya lihat sepanjang melakukan perjalanan lintas Jawa ini. Kota Bandung rupanya tidak se adem dulu lagi. Panas!

Informasi tentang kekerasan di Bandung semakin banyak saya dapat sewaktu teman saya, Agus bercerita tentang geng motor, kumpulan anak muda mengendarai motor yang sering mengganggu pengendara lain di jalan. Ah jadi deg-deg jalan disini. Beda banget waktu di Solo dan Malang.

Yowes sudahlah, apa-apa yang kita alami, baik atau buruk adalah takdir yang harus dijalani.

***
Ingin berteman atau menghubungi saya langsung? Follow me di twitter @ansharas

Write a Comment

Comment