in Jurnal harian

Kesan Saya Tentang Kota Solo

Kota Solo meski kecil jauh lebih bermartabat ketimbang Makassar. Tata cara pengelolaan kotanya sangat menghargai penduduknya.

Empat hari saya menginap di Solo, tepatnya di hotel wigati, jl. Slamet riyadi. Untuk mengelilingi kota ini kita bisa menggunakan Bus Trans Solo yang bernama Batik Solo Trans, tarifnya Rp.3.000 jauh dekat, kecuali angkutan ke bandara biayanya Rp.7.000.

Kondekturnya cewek, masih muda dan terasa lucu kalau teriak-teriak jika sudah akan sampai di shelter berikut. Sriwedari.. Gramedia.. Yang mau turun silahkan siap-siap. Sebagai orang yang terbiasa naik bis, suara kondektur cewek ini terasa lucu.

Kita bisa jalan-jalan keliling kota Solo dengan Batik Trans Solo, anda cukup menunggu bis nya di shelter terdekat, biasanya rentang waktunya 15 menit, paling lama setengah jam kalau sudah sore. Sekali bayar anda akan di bawa ke terminal Palur sebagai akhir tujuan. Di terminal Palur anda berhenti dan pindah ke bis trans lain yang akan berangkat, di situ anda bayar lagi Rp3.000. Tujuannya adalah bandara.

Batik Solo Trans beroperasi sampai jam 7 malam. Saat malam hari angkutan dalam kota akan diganti dengan angkot warna kuning. Bis dan angkot ini saling melengkapi, untuk daerah-daerah yang tidak dilalui bis, ada angkutan umum yang bisa mengantar anda, begitu pula sebaliknya, anda tidak akan melihat angkot dalam jalur bis. Keren bukan?

Selain Batik Trans ada juga bis kota jenis lain, bis ini bisa berhenti dimana saja, beda dengan Trans yang punya shelter sendiri. Saya tidak begitu tahu jenis bis ini karena tidak pernah mencobanya.

Selain bis, angkutan lain di Solo adalah becak. Dan setahu saya tidak ada ojek di Solo, tapi entahlah, mungkin ada tapi tidak saya tahu.

Yang paling mengasikkan barangkali dalam urusan jalan-jalan di Solo adalah jalur pedestrian mereka. Mereka sangat menghormati hak pejalan kaki dan memberi ruang yang cukup besar bagi becak, sepeda dan pejalan kaki tentunya. Bahkan traffic light di Solo ada khusus bergambar sepeda. Kalau lampu trafik sepedanya warna merah berarti stop, hiijau jalan. Keren bukan? Di Makassar ndaak ada begituan.

Belum lagi pohon-pohon rindang di sepanjang jalur pedestrian, jalan kaki tiga kilo saja tidak berasa. Konsep Hutan di Tengah Kota sepertinya betul-betul terealisasi di Solo.

Mereka punya banyak taman kota yang indah dan luas, yang terbesar adalah Taman Balaekambang, barangkali ini taman kota terbaik se Indonesia. Luass sekaali, di tengahnya ada danau, lengkap dengan angsa putih dan beberapa ekor rusa. Taman lain seperti Manahan dekat GOR Solo juga tidak kalah bagus, dari luar malah kelihatan seperti hutan, rimbun banget.

Kalau punya banyak pohon seperti itu bagaimana mereka membersihkan sampah dan daunnya? Nahh ini yang menarik. Kemarin sore sewaktu duduk-duduk di halte menunggu bis, saya memperhatikan beberapa pembersih jalanan berseragam oranye sedang menyapu sampah dan daun di jalanan. Sampahnya dikumpulkan di satu tempat. Jadi di sepanjang jalan itu ada banyak kumpulan daun dan sampah di sudut-sudut pinggir jalanan. Nah, kemarin itu sedang asyik memperhatikan mereka menyapu, tiba-tiba ada motor roda tiga dengan bak sampah di belakangnya, pengendaranya pakai baju orange juga. Tugas orang ini adalah mengangkut sampah-sampah yang terkumpul tadi ke bak sampahnya dan membawanya ke tempat lain. Begitu.. Simple as that. Kalau di makassar saya terbiasa melihat truk sampah yang bau mengambil sampah di pinggir jalan, makanya liat pegawai kebersihan kota Solo ini bekerja membuat saya sedikit melongo.. (Lebay yah) hehe

Ditulisan berikutnya saya akan membahas kunjungan saya ke Keraton Kasunanan, Taman Balekambang, Galabo, dan Taman Sriwedari.

Tulisan ini saya buat di atas Kereta Api dari Solo menuju Bandung. Stasiun Banjar sudah lewat, jadi sekitar 3 jam lagi akan sampai Bandung.

Salam
14 April 2012, diatas kereta Lodaya Pagi

***
Ingin berteman atau menghubungi saya langsung? Follow me di twitter @ansharas

Write a Comment

Comment