Ketika orang senyum ramah dan bersikap respek pada Anda, spontan Anda akan membalas dengan senyuman, respek dan merasa bahagia!
Ketika orang berbicara ketus, sikap menghina, Anda pun membalas dengan ketus, balik menghina dan sakit hati!
Anda telah membiarkan orang lain menentukan sikap Anda. Anda menjadi baik karena orang baik pada Anda. Anda menjadi jahat karena orang menjahati Anda.
Anda jujur karena lingkungan anda jujur, Anda licik karena lingkungan licik, Anda berjudi karena orang berjudi. Anda beramal karena orang beramal
Anda baik bukan karena Anda baik tapi karena orang-orang baik. Anda kejam bukan karena Anda jahat tapi karena orang-orang kejam lalu Anda menjadi kejam.
Dimana diri Anda? Dimana kesadaran dan kepribadian Anda? Anda tidak mempunyai kepribadian, orang-orang yang menentukan kepribadian Anda. Anda tidak punya sikap, lingkungan yang memberi Anda sikap.
Anda tidak menjadi tuan bagi diri Anda, orang-orang dan lingkungan yang menjadi tuan atas diri Anda
Inilah bedanya kita dengan orang bijak. Orang bijak melakukan kebaikan bukan karena dunia baik padanya. Orang bijak melakukan kebaikan walaupun dunia menjahatinya.
Yang Suci KaoShan:
Orang menjahatiku itu urusan orang. Aku melakukan kebaikan itu tanggung jawab nuraniku. Bukan orang lain tapi akulah yang menentukan sikap dan perbuatanku.
*Tulisan kiriman Nini di BBM*
***Ingin berteman atau menghubungi saya langsung? Follow me di twitter @ansharas
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin
rahimahullahu ditanya : “Apakah do’a berpengaruh merubah apa
yang telah tertulis untuk manusia sebelum kejadian?”
Tidak diragukan lagi bahwa do’a berpengaruh dalam merubah apa
yang telah tertulis. Akan t…etapi perubahan itupun sudah digariskan
melalui do’a. Janganlah anda menyangka bila anda berdo’a, berarti
meminta sesuatu yang belum tertulis, bahkan do’a anda telah
tertulis dan apa yang terjadi karenanya juga tertulis. Oleh karena
itu, kita menemukan seseorang yang mendo’akan orang sakit,
kemudian sembuh, juga kisah kelompok sahabat yang diutus nabi
singgah bertamu kepada suatu kaum. Akan tetapi kaum tersebut
tidak mau menjamu mereka. Kemudian Allah mentakdirkan seekor
ular menggigit tuan mereka. Lalu mereka mencari orang yang bisa
membaca do’a kepadanya (supaya sembuh). Kemudian para sahabat
mengajukan persyaratan upah tertentu untuk hal tersebut.
Kemudian mereka (kaum) memberikan sepotong kambing. Maka
berangkatlah seorang dari sahabat untuk membacakan Al-Fatihah
untuknya. Maka hilanglah racun tersebut seperti onta terlepas dari
teralinya. Maka bacaan do’a tersebut berpengaruh menyembuhkan
orang yang sakit.
Dengan demikian, do’a mempunyai pengaruh, namun tidak merubah
Qadar. Akan tetapi kesembuhan tersebut telah tertulis dengan
lantaran do’a yang juga telah tertulis. Segala sesuatu terjadi karena
Qadar Allah, begitu juga segala sebab mempunyai pengaruh
terhadap musabab-nya dengan izin Allah. Maka semua sebab telah
tertulis dan semua musabab juga telah tertulis.
[Kitab Al-Qadha’ wal Qadar, Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin]